Hijrah Tanpa Tapi, Hijrah Tanpa Nanti
by : Agus Ariwibowo
Dari pembelajaran hijrahnya Rasulullah SAW ada hikmah penting yang bisa kita ambil yaitu hijrah itu tidak ringan dan membutuhkan pengorbanan. Tidak hanya pengorbanan waktu dan tenaga tapi juga pengorbanan jiwa dan raga. Mungkin masih teringat nyata dalam pikiran kita bagaimana seorang Ali Bin Abi Thalib yang menggantikan posisi tidur Rasulullah seolah-olah dia adalah Rasulullah SAW, Tak mungkin juga lupa oleh kita bagaimana perjuangan Abu Bakar Ash Shiddiq dalam gua tsur ketika dikejar-kejar oleh kafir quraisy, Bagaimana Abu Bakar Ash Shiddiq yang menahan sakit dan perihnya digigit kalajengking.
Ya, intinya adalah hijrah yang Rasulullah dan para sahabat lalui tidak nyaman, berat dan malah menyakitkan. Hijrah yang sacara bahasa bermakna adalah pindah, bisa berpindah tempat tinggal dan juga berpindah dari suatu kondisi ke kondisi yang lebih bagus. Berpindah dari suatu keadaan yang buruk kepada keadaan yang lebih baik.
Dan dalam pembahasan kali ini kita akan membahas hijrah atau menghijrahkan diri kita ke arah yang lebih baik, mulai dari kepribadian, ibadah serta ketaatan pada Allah SWT. Ketika hijrah ada hal baru yang kita temui dan tentu juga ada hal lama yang harus kita tinggalkan bahkan lupakan. Ketika menemui hal-hal baru inilah kita butuh penyesuaian, kita butuh adaptasi.
Awalnya belum berhijab, ketika hijrah mencoba memakai hijab, awalnya hijabnya biasanya saja ketika hijrah mencoba berhijab dengan syari, awalnya pacaran ketika hijrah harus rela memutuskan pacar, meninggalkannya bahkan melupakannya. Ketika sudah hijrah ke jalan kebaikan tentu kita juga akan menemui hal-hal baru seperti teman baru, lingkungan baru, aktivitas-aktivitas baru.
“Hijrah kejalan kebaikan memang berat, namun tidak berubah ke arah yang lebih baik jauh menyakitkan”
Ketika hijrah setiap kita dituntut merubah,
meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama. Inilah yang berat mengubah
kebiasaan lama, hal inilah yang membuat kaum quraisy bersikukuh menolak
ajakan Rasulullah yaitu meninggalkan kebiasaan lama, meninggalkan
kebiasaan yang telah di wariskan turun-temurun oleh nenek moyangnya.
Padahal mereka kaum quraisy sangat percaya pada Rasulullah karena mereka
mengenal Rasulullah tidak pernah bohong setiap ucapannya, namun karena
perkataan Rasulullah adalah mengajak mereka meninggalkan kebiasaan lama,
inilah yang belum bisa mereka lakukan.
Lalu kita?, apakah ingin hijrah berubah ke
arah yang lebih baik sekarang juga tanpa tapi dan nanti atau
menunda-nunda bahkan menolak sebagaimana kaum kafir quraisy, tentu
pilihan ada ditangan kita masing-masing.
Sumber : elmina-id.com
Sumber foto : newindianexpress.com
0 komentar:
Posting Komentar