RSS

REVIEW NOVEL TERBARU ROBERT GALBRAITH : THE SILKWORM



Malam ini kayaknya aku kena insomnia lagi, -- udah beberapa malam ini gak bisa tidur sampai jam 4 pagi -_- -- dan daripada gak ada yang dikerjain, akhirnya aku ingat novel terbaru Robert Galbraith a.k.a J.K. Rowling yang barusan tadi siang aku tamatkan (insomniaku dalam beberapa malam ini aku isi dengan menamatkan novel ini :D)

Well, sebenarnya aku bukan pengamat sastra yang handal, tapi dalam hal memilih novel, aku terbilang pemilih. Kalo bukan novel yang enak penyampaiannya (seperti yang selama ini aku kagumi dari semua novel karya J.K. Rowling atau Albert Hitchcock) aku gak bakalan beli. Dan jika mereka menerbitkan novel terbaru mereka, sudah bisa dipastikan akan aku beli :D

The Silkworm ini sendiri merupakan novel kedua J.K Rowling dengan menggunakan nama Robert Galbraith. Novel pertama berjudul The Cuckoo's Calling sukses membuatku betah berlama-lama dalam menghabiskan kata demi kata dalam novel ini. Dalam novel ini, Robert Galbraith memperkenalkan seorang detektif partikelir mantan Angkatan Darat bernama Cormoran Strike.

Menurut pendapat nonprofesionalku (karena aku bukan ahli sastra tentunya, cuman memberikan pendapat berdasarkan apa yang aku baca :) ), Robert Galbraith memang berhak menyandang penulis bestseller mengingat novel pertamanya, The Cuckoo's Calling, yang sukses di pasaran dan akupun yakin novel kedua ini tidak akan kalah ngehitz nya dibanding pendahulunya..

J.K. Rowling mampu menghadirkan suasana London yang dingin dari kalimat-kalimatnya yang seperti biasa selalu terkait dan tak ada satupun yang sia-sia karena setiap kejadian dalam novel tersebut mengalami makna tersendiri. JIka bukan pada halaman berikutnya, pasti pada bab atau bahkan buku berikutnya. Melalui plot yang dihadirkan J.K. Rowling dalam bukunya The Silkworm, pembaca dibuatnya menghela napas pada setiap kejadian-kejadiannya yang membahayakan si detektif, ataupun rasa penasaran ketika Cormoran Strike menjelaskan kepada asistennya, Robin, mengenai siapa pembunuhnya, dan tentu saja tidak diberitahukan kepada pembaca. Bahkan akupun sering salah menebak pembunuh sebenarnya, padahal sudah berusaha keras dalam menghubungkan setiap petunjuk yang didapatkan oleh si detektif.

Sinopsis The Silkworm

Cerita ini bermula ketika Leonora Quine datang ke kantor Cormoran Strike untuk mengajukan kasus suaminya, Owen Quine, yang menghilang selama sepuluh hari ini. Owen Quine seorang penulis, dan menghilang merupakan kebiasaannya ketika dia ingin mendapatkan ide untuk novelnya. Tapi Leonora, yang tidak memedulikan suaminya, sudah kehabisan uang, dan dia tidak bisa meninggalkan anaknya yang memiliki kebutuhan khusus, Orlando Quine, untuk mencari Owen sendirian sehingga dia menggunakan jasa detektif.

Awalnya hilangnya Owen Quine bukan merupakan kasus besar, karena Owen adalah penulis yang gila publisitas  dan berharap hilangnya dia bisa mengguncang kota London. Tapi setelah beberapa hari pencarian, Owen Quine ditemukan telah meninggal dengan kondisi yang sangat brutal, badan separo hangus karena terkena senyawa asam yang sangat korosif, HCl, dan isi perut yang hilang.

Cormoran menemukan bahwa hilangnya Owen Quine yang berubah menjadi kasus pembunuhan, ada sangkut pautnya dengan novel terakhir karya Owen Quine yang belum sempat diterbitkan berjudul Bombyx Mori (nama latin dari Ulat Sutra, Silkworm), dimana dalam novel ini Owen Quine melakukan penghujatan yang sangat kasar pada beberapa teman dan koleganya, bahkan istri dan selingkuhannya sendiri tak luput dalam hujatan versi tertulis dalam novel Owen Quine tersebut.

Hal ini tentunya membuat orang-orang yang dihujat dalam novel tersebut menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan ini, karena naskah asli yang berupa ketikan mesin tik (Owen Quine tidak memakai komputer, tapi lebih suka menggunakan mesin tik) hilang beserta dengan isi perutnya.

Leonora Quine (istri Owen Quine), Kathryn Kent (selingkuhannya), Elizabeth Tessel (agennya), Jerry Waldegrave (editornya), Daniel Chard (penerbit), Michael Fancourt (teman sekaligus musuh dan saingannya dalam menulis), semuanya adalah tersangka yang di dalam novel dihujat abis-habisan oleh Owen Quine. Dan yang lebih mengejutkan adalah, cara pembunuhan yang terjadi pada Owen Quine sama dengan bagian akhir dari novel karangannya yang telah dikirimkan oleh agennya ke penerbit sehingga London menjadi gempar dengan pembunuhan yang keji itu.

Well, pada akhirnya, si detektif partikelir Cormoran Strike mampu membongkar kasus tersebut -- tentu saja -- bersama dengan asistennya, Robin. Dengan berbagai trik untuk mencari bukti yang hampir tidak ada, kerjasama mereka sekali lagi mampu mengalahkan Kepolisian Metropolitan dalam memecahkan kasus yang sulit (baca The Cuckoo's Calling)


Dengan plot yang runtut, hal-hal detail yang merupakan kunci kasus yang kadang tidak disadari pembaca, serta pemaparan yang detail tentang kondisi kota London sehingga pembaca merasa sedang bersama si detektif, melakukan pengintaian, membuat novel ini sangat direkomendasikan untuk dibaca. Dan sepertinya aku tidak sabar menunggu novel ketiga dari seri detektif partikelir Cormoran Strike beserta partnernya Robin dalam menyelesaikan kasus-kasus di kota London..

6 komentar:

Dominica Novalina mengatakan...

Tapi kepikiran gak sih ada yg janggal? Yg bagian usus Quinn ada di dalem freezer si pelaku? Masa polisi gak periksa seluruh isi rumah tersangka ya? Hehe

MULIYANI OLVAH mengatakan...

Kalo menurutku sih, itu karena sebagai polisi kan gak bisa sembarangan menggeledah rumah orang tanpa surat penggeledahan. Dan surat penggeledahan itu bisa keluar jika ada bukti yang kuat bahwa org tersebut adalah tersangka utama..
Makanya gak bisa diperiksa.. ^^

gittaindriati mengatakan...

Aku belom baca sih novel bagian dua nya ini. Tapi di novel ini hubungan Strike dan Robin gmn? Hehehe

Unknown mengatakan...

@dominica iya, karena belum ada bukti kuat untuk geledah rumah pelaku *gak boleh sebutin nama takut spoler* hehe..

@sagitta hubungannya semakin akrab, udah sering ngomongin masalah diluar pekerjaan, tapi belum ada perubahan signifkan banget. lebih kental romance nya di buku 1.

Riska Djatmiko mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Riska Djatmiko mengatakan...

masih rada bingung sama motifnya ._.

Posting Komentar